Thursday, July 18, 2013

Kartu e-Ticket Commuter Line

I. Pendahuluan
Elektrifikasi jalur KA pertama dilakukan pada jalur KA rute Tanjung Priuk – Meester Cornelis (Jatinegara) dimulai pada tahun 1923 dan selesai pada tanggal 24 Desember 1924. Saat ini kereta listrik telah berkembang menjadi dua kategori atau kelas pelayanan Commuter, yakni kereta ekonomi non-AC dan Commuter Line AC. Dalam tugas ini, akan dibahas khusus mengenai e-ticket yang diterapkan pada Commuter Line.

Pada bulan Juni 2013, dalam rangka peningkatan infrastruktur dan sistem otomatisasi kontrol penumpang, program E-Ticketing akan diberlakukan pada 63 stasiun di Jabodetabek. Sebelumnya pada tanggal 8 April 2013 lalu, uji coba serta sosialisasi langsung kepada pengguna dengan penjualan tiket menggunakan sistem E-Ticketing sudah berlangsung di lintas Tangerang, selanjutnya tanggal 22 April 2013 lintas Jakarta Kota-Depok dan saat ini masih berlangsung di jalur lingkar pada tanggal 2 Mei 2013 yang lalu.

Penerapan E-Ticketing satu kali perjalanan/single trip diberlakukan pada bulan Juni di seluruh lintas Jabodetabek, yang selanjutnya diikuti dengan pemberlakuan tiket isi ulang dengan sistem potong saldo untuk setiap perjalanan yang dilakukan atau disebut dengan tiket Multri Trip.

Menurut Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek, Tri Handoyo, kedepannya diharapkan program E-Ticketing pada KRL di Jabodetabek dapat mendukung rencana pemerintah untuk mewujudkan program integrasi antar moda dan sistem pembayaran elektronik (e-money).

Program E-Ticketing dijalankan melalui kerjasama dengan PT Telkom khususnya dalam pengelolaan sistem E-Ticketing. Sebagai mitra, PT Telkom akan melakukan pemeliharaan dan pengoperasian  system E-Ticketing meliputi hardware, software, dan infrastruktur serta melakukan pemeliharaan perangkat E-Ticketing.

PT KAI (Persero) dan PT KAI Commuter Jabodetabek mengharapkan kerjasama dari seluruh stakeholder khususnya pengguna jasa KRL agar program E-Ticketing dapat berjalan dengan lancar. Penerapan E-Ticketing sepenuhnya dilakukan untuk peningkatan pelayanan kepada seluruh pengguna jasa KRL yang akan diikuti dengan pengembangan layanan lainnya baik dari sisi sarana dan prasana. Wujud perbaikan akan terus dilakukan untuk pengembangan KRL Di Jabodetabek.

Guna menunjang penerapan E-Ticketing secara menyeluruh, PT KAI (Persero) dan PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ) melakukan pemasangan  323 perangkat gate elektronik untuk pintu masuk dan pintu keluar serta pemasangan 462 perangkat otomatisasi sistem pada loket yang terdapat di 63 stasiun Jabodetabek. Jumlah tersebut akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan.

II. Analisa Masalah
Dalam penerapannya, e-ticket menemui beberapa kendala yang signifikan seperti antrean tak terhindarkan karena sistem masih sebatas diberlakukan untuk perjalanan satu arah sehingga setiap penumpang, setiap kali hendak naik kereta, harus membeli tiket lebih dulu. Antrean bisa terjadi karena pembelian tiket mensyaratkan calon penumpang menyebutkan stasiun tujuan dan menunggu struk pembayaran. Selain itu, antrean di gate terjadi karena penumpang harus melakukan tapping tiket (gate in) atau memasukkan/mengembalikan tiket (gate out).

Di samping masalah antrean yang panjang, masalah yang dialami oleh PT. KAI adalah hilangnya 700.000 buah tiket yang mengakibatkan kerugian hingga tiga milyar rupiah yang disebabkan karena ketidakdisiplinan penumpang untuk keluar melalui gate yang seharusnya dan mengembalikan kartu e-ticket.

III. Pembahasan
Pada dasarnya penerapan e-ticketing sepenuhnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada seluruh pengguna jasa KRL yang akan diikuti dengan pengembangan layanan lainnya baik dari sisi sarana maupun prasarana. Diharapkan program e-ticketing pada KRL di Jabodetabek dapat mendukung rencana pemerintah untuk mewujudkan program integrasi antar moda dan sistem pembayaran elektronik (e-money).

Selain itu e-ticket Commuter Line dinilai sangat menguntungkan konsumen atau penumpang, karena penumpang tidak perlu membeli tiket lagi jika ingin menyambung ke kereta lain selama mereka masih berada di stasiun. Selain itu, e-ticket juga mempermudah operator mengontrol penumpang, karena sebelum adanya e-ticket, banyak terdapat penumpang gelap. Hal ini tentunya akan berdampak kepada kenyamanan dan keamanan para penumpang.

Namun, niat baik dari penerapan teknologi yang baru ini di Indonesia pada umumnya, dan Jabodetabek pada khususnya masih menyisakan berbagai permasalahan. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut belum teradopsi secara sempurna di masyarakat. Strategi yang digunakan PT. KAI dalam penerapan teknologi baru ini adalah Phasing Strategy, yakni transisi secara bertahap, dari beberapa stasiun di Jakarta, kemudian diterapkan ke seluruh stasiun di Jakarta, serta dimulai dari single trip ticket dahulu, baru kemudian menjadi multiple trip ticket. Namun masyarakat tampaknya masih belum terbiasa untuk bertindak tertib, terlihat dari perilakunya yang tidak disiplin dalam mengantri dan mengembalikan tiket.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan usaha sosialisasi yang lebih dekat kepada masyarakat agar dapat memahami pentingnya berlaku tertib dan juga memahami keuntungan yang akan mereka peroleh dalam mendukung penerapan teknologi baru tersebut. Untuk itu diperlukan cara pendekatan yang dapat diterima oleh mereka. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan publik figure dalam mensosialisasikan e-ticket supaya dapat membentuk opini publik, sehingga memudahkan penetrasi teknologi tersebut ke dalam masyarakat.

Keterangan: video ini diedit sepenuhnya oleh penulis.
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 10
Semoga bermanfaat! \(^.^)/

2 comments: