Sunday, September 18, 2016

Pantai Krakal, Wonosari

Hai hai... Setelah 2 postingan sebelumnya menceritakan mengenai keindahan 2 Goa Maria yang ada Jawa Tengah dan Jogja, masih di dalam rangkaian acara ziarah bersama lingkungan Don Bosco, saya akan menceritakan mengenai bagian rekreasinya nih, yaitu bertandang ke Pantai Krakal! Tetapi sebelum saya menceritakan lebih jauh mengenai keindahan Pantai Krakal ini, saya akan menjelaskan sedikit mengenai perjalanan sebelum tiba di Pantai Krakal. Hehehe...
Pulau yang seperti Tanah Lot kecil yang ada di Pantai Krakal, Wonosari
Sekitar pukul 14.30 kami berangkat dari Goa Maria Tritis menuju ke Pantai Krakal. Perjalanan ini memakan waktu cukup lama. Sebelum ke Pantai Krakal, kami dijadwalkan untuk makan siang terlebih dahulu di sebuah restoran yang cukup besar di dekat Pantai Krakal, namanya Bandar Krakal. Kami bergegas menuju ke Bandar Krakal karena waktu makan siang sudah terlewat cukup lama. Hehehe...
Papan nama Bandar Krakal Resto
Setibanya di Bandar Krakal kami menikmati menu prasmanan yang disediakan. Menu di resto ini cukup beragam, tidak hanya seafood saja. Daripada ngebayangin terus bikin ngiler, lebih baik saya skip saja yah bagian ini. Hahaha...
Pantai Krakal memiliki ombak yang cukup besar
Dari Bandar Krakal hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit menggunakan kendaraan bermotor untuk menuju ke Pantai Krakal. Begitu turun dari bus, kami disambut oleh hembusan angin yang begitu kencang, khas angin laut. Setelah mencopot alas kaki, saya langsung menuju ke bibir pantai. Di sini ombaknya sangatlah besar dan tinggi serta dipenuhi oleh karang laut yang cukup tajam. Oleh karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk berenang di Pantai Krakal ini. Pemandangan di Pantai Krakal yang luar biasa ini membuat rasa penasaran saya semakin tergugah untuk mengeksplor keindahan pantai ini.
Bibir Pantai Krakal yang menawan
Di sebelah kanan dari pantai, terdapat sebuah pulau karang. Jika dilihat dari jauh, pulau ini tampak seperti Tanah Lot di Bali dengan ukuran lebih kecil. Setelah berfoto ria di pinggir pantai, saya memutuskan untuk naik ke pulau ini dan dikenakan biaya 2 ribu rupiah per orang. HmMm... Ada apa saja sih di atas pulau kecil ini?
Karang-karang yang terdapat di bibir Pantai Krakal, Wonosari
Pulau kecil ini ternyata hanya berisikan karang dan ada beberapa tumbuhan yang hidup di atasnya. Pemandangan yang dapat dilihat dari atas pulau juga sangatlah indah. Apabila berkunjung ke Pantai Krakal, jangan lupa untuk berfoto di atas pulau karang ini yah!
My lovely mother and father... \(^0^)/
Sayangnya karena keterbatasan waktu dan hari mulai gelap, kami harus segera meninggalkan pantai yang begitu indah ini. Tetapi sebelum pulang, saya menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh berupa goreng-gorengan seperti rumput laut, ikan wader, dan udang yang dijajakan di warung-warung di pinggir pantai. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau dan masih bisa ditawar jika kita pandai menawar.
Pemandangan dari bawah pulau karang yang ada di Pantai Krakal, Wonosari
Dari Pantai Krakal, kami kembali ke Bandar Krakal untuk mandi sore. Dengan demikian, berakhirlah sudah rangkaian acara ziarah bersama umat lingkungan Don Bosco dan kami pulang kembali ke Jakarta. Semoga kegiatan ziarah ini dapat mengakrabkan seluruh umat di lingkungan Don Bosco. Berikut saya sertakan juga video yang berisikan foto-foto selama kegiatan ziarah ini. Terima kasih sudah membaca. Enjoy~!! \(^0^)/



Deburan ombak di garis Pantai Krakal, Wonosari
Jembatan menuju ke pulau karang di Pantai Krakal, Wonosari
Pemandangan bibir pantai dari atas pulau karang di Pantai Krakal, Wonosari
Berfoto riang di atas pulau karang di Pantai Krakal, Wonosari
Pemandangan laut dari atas pulau karang
Pemandangan sore hari di Pantai Krakal, Wonosari
Pemandangan sunset di Pantai Krakal, Wonosari
Empat petualang cantik bergaya di atas jembatan pulau karang
Tempat parkir di Pantai Krakal, Wonosari

Sensasi Misa di Dalam Goa Maria Tritis, Gunungkidul

Terletak di tengah ladang jati perbukitan kapur Gunungkidul, Goa Maria Tritis menjadi oase batin bagi para peziarah yang haus akan kedamaian dan ketenangan jiwa. Tempat yang sarat cerita ini juga menyimpan keindahan goa yang mempesona.
Umat lingkungan Don Bosco berfoto bersama di Goa Maria Tritis, Gunungkidul
Goa Maria Tritis merupakan salah satu goa alami yang ada di deretan perbukitan karst Gunungkidul dan dijadikan sebagai tempat peziarahan umat Katolik. Dinamakan Tritis karena selalu ada air yang menetes (tumaritis) dari stalaktit yang ada di langit-langit goa. Pada mulanya goa ini merupakan tempat yang sepi dan angker sehingga tidak banyak orang yang berani memasukinya.
Jalan setapak menuju ke Goa Maria Tritis, Gunungkidul
Untuk mencapai goa, peziarah harus berjalan kaki membelah ladang jati, melewati jalan setapak yang berkelok di antara bukit-bukit yang tandus. Ada dua pilihan rute untuk mencapai lokasi Goa Maria Tritis, yakni rute panjang sekitar 1,5 km dan rute pendek sejauh 500 meter. Peziarah yang melakukan ibadat Jalan Salib biasanya melewati rute panjang dengan 14 stasi pemberhentian yang dilengkapi diorama kisah sengsara Yesus.
Tampak depan Goa Maria Tritis yang begitu luar biasa!
Saya dan rombongan ziarah lingkungan Don Bosco tiba di tempat ini sekitar pukul 10 pagi. Kami langsung menuju ke Goa Maria Tritis. Jalur yang kami lewati begitu gersang dan suhu udaranya cukup panas. Namun hal ini tak menyurutkan semangat kami. Setibanya di depan Goa Maria Tritis, kami dibuat kagum dengan pemandangan yang ada di hadapan kami. Dari depan, goa ini terlihat begitu besar dan luar biasa. Rangkaian stalaktit alami dan akar gantung menghiasi seluruh langit-langit goa. Sungguh pemandangan yang luar biasa!
Meja altar yang terbentuk secara alami di dalam Goa Maria Tritis, Gunungkidul
Rombongan kami telah membuat janji dengan salah seorang pastor yang bertugas di sana untuk mempersembahkan misa Ekaristi. Ekaristi berlangsung dengan hikmat kurang lebih selama satu jam. Bagi saya, ini pengalaman yang luar biasa karena bisa merayakan Ekaristi di dalam Goa Maria Tritis yang memiliki suasana yang begitu berbeda, Hal ini membuat kami makin bersyukur kepada Sang Pencipta atas segala kesempatan dan nikmat yang diberikan kepada kita semua. Amin!
Suasana saat misa Ekaristi
Selesai misa dilanjutkan dengan berfoto bersama, berdoa masing-masing, dan berkeliling goa. Setelah puas, kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya yang tak kalah menarik.
Umat lingkungan Santo Don Bosco mempersiapkan diri sebelum mengikuti misa
Untuk melengkapi postingan kali ini, maka saya sertakan juga foto-fotonya. Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat! \(^0^)/
Ayahanda sedang membacakan doa umat
Umat lingkungan Don Bosco sedang memanjatkan pujian
Patung Yesus yang menggantung di dalam Goa Maria Tritis, Gunungkidul
Patung Bunda Maria yang juga berada di dalam Goa Maria Tritis, Gunungkidul
Ibunda tercinta sedang narsis... \(^0^)/
Happy family berfoto bareng Romo... \(^0^)/

Goa Bunda Maria Ratu, Weleri

Goa Bunda Maria Ratu terletak di Desa Besokor, Weleri. Tepatnya di Jalan Weleri Sukorejo KM 3. Parkirannya cukup untuk beberapa mobil, bahkan untuk ukuran bus besar sekalipun. Di sisi kiri terdapat kantor sekretariat yang menjual benda-benda rohani serta lilin. Lilin-lilin kecil dinyalakan pada setiap perhentian yang disediakan.
Bunda Maria Ratu
Rute Jalan Salibnya tidak terlalu jauh, hanya mengitari bukit di lokasi ini. Goa Marianya sendiri terletak di tengah-tengah. Ada tempat doa khusus yang terletak di depan replika Makam Yesus. Selain itu, terdapat meja altar dan pelataran untuk duduk. Dari Makam Yesus menuju ke Goa Maria terdapat sebuah tangga menurun yang sengaja dibuat menyerupai mulut gua.
Replika Makam Yesus
Dari Jakarta, saya dan rombongan ziarah lingkungan Don Bosco tiba di tempat ini pukul 5 subuh. Dengan setengah terkantuk-kantuk, kami turun dari kendaraan, lalu kami bergegas untuk sikat gigi. Suasana pagi itu masih cukup gelap sehingga kami menggunakan ponsel kami sebagai alat penerangan. Rencananya kami ingin mengadakan Jalan Salib. Dan ini merupakan salah satu momen yang istimewa karena pertama kalinya saya Jalan Salib saat subuh di Goa Maria yang letaknya bukan di Jakarta. Hehehe...
Perhentian I di Goa Bunda Maria Ratu, Weleri
Ibadat Jalan Salib pun dimulai. Dari perhentian I sampai perhentian XIV kami jalani dengan penuh hikmat. Menurut saya, suasananya begitu berbeda ketika kita bersama-sama melakukan Jalan Salib saat subuh di Goa Maria yang dikelilingi oleh pepohonan.
Suasana saat ibadat Jalan Salib
Pelan-pelan matahari mulai beranjak naik dan setelah kurang lebih selama 1 jam, kami telah menyelesaikan ibadat Jalan Salib. Tak lupa kami berfoto bersama di depan Goa Maria. Selesai berfoto, kami sarapan nasi goreng di tempat yang tersedia di sana. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya.
Umat lingkungan Don Bosco sedang ibadat Jalan Salib
Untuk melengkapi postingan kali ini, maka akan saya sertakan juga foto-fotonya. Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat! \(^0^)/
Perhentian XII di Goa Bunda Maria Ratu, Weleri
Salib Yesus di Goa Bunda Maria Ratu, Weleri
Tangga menurun menyerupai mulut goa
Goa Bunda Maria Ratu, Weleri
Tampak Depan Goa Bunda Maria Ratu, Weleri
Altar di Goa Bunda Maria Ratu, Weleri
Patung Bunda Maria dilihat dari kejauhan
Suasana saat sarapan pagi di Goa Bunda Maria Ratu, Weleri
Umat lingkungan Don Bosco
Happy family minus my broh! \(^0^)/