Friday, September 1, 2017

Sensasi Makan Malam di Pantai Jimbaran, Bali

Liburan di Bali tidak lengkap kalau belum mencoba menu khas sambal Bali yang diracik menjadi menu andalan pantai Jimbaran. "Jimbaran Seafood", itulah yang sering diungkapkan wisatawan ketika duduk di pinggir pantai sambil menikmati indahnya pemandangan pantai Jimbaran di malam hari dengan suguhan makanan khas ikan bakar Jimbaran.
Kumpulan meja makan yang ditata rapi di pinggir Pantai Jimbaran
Jimbaran merupakan sebuah desa yang letaknya termasuk wilayah Kuta Selatan. Ditempuh kurang lebih 15 menit dari kawasan wisata Kuta dan 10 menit dari bandara internasional Ngurah Rai. Desa ini dahulu penduduknya mayoritas bergantung pada kehidupan laut atau menjadi nelayan. Namun karena perkembangan pariwisata di Kuta pada khususnya, menjadikan penduduknya beralih profesi dengan membuka Jimbaran sebagai ikon penting dengan keindahan pantainya yang berpasir putih dan saat ini dijadikan pusat kuliner seafood yang dikenal dengan Jimbaran Seafood.
Menu yang disajikan, ada ikan, kerang, cumi-cumi, dan sayur
Makan malam di Pantai Jimbaran, Bali
Ditemani dengan lagu yang dimainkan oleh para pemain musik

Puja Mandala, Bali

Bali dengan julukannya pulau seribu pura, surganya dunia, surganya pariwisata, surganya peselancar adalah sebuah pulau yang damai, masyarakatnya berpikiran terbuka, menerima dan menyaring apa yang baik dan apa yang buruk, saling peduli dan tenggang rasa satu sama lain. Salah satu tempat yang dirasa cukup mewakilkan hal ini adalah dengan berdirinya 5 tempat ibadah yang dibangun dalam 1 komplek yang diberi nama Puja Mandala. Berlokasi di Nusa Dua Bali, Puja Mandala terdiri dari 5 rumah ibadah mulai dari mesjid, pura, Gereja Katholik dan Protestan, hingga Vihara berdiri berdampingan tanpa ada sedikitpun pertikaian, bahkan hal tersebut semakin meningkatkan kerukunan antar umat beragama.
Tampak depan Gereja Katolik di komplek Puja Mandala
Berdiri di atas tanah seluas 2 hektar, salah satunya terdapat Masjid Ibnu Batutah yang dibangun pada tahun 1994 lalu dan diresmikan 3 tahun setelahnya. Masjid dan 4 tempat ibadah lain di dalam komplek Puja Mandala ini berdiri atas bantuan PT. BTDC (Bali Tourism Development Centre) yang memberikan bantuan tanah untuk membangun 5 tempat ibadah tersebut. Masyarakat mempunyai pandangan bahwa di tempat ini merupakan simbol Bhinneka Tunggal Ika dan hal ini sering teruji dengan berbarengannya beberapa tempat ibadah dalam melaksanakan perayaan hari besar umat.
Goa Marianya berada di dalam ruangan
Mungkin bagi yang belum mengenal kawasan ini, sempat terheran-heran bagaimana kelima tempat ibadah agama-agama yang diakui di Nusantara ini dapat berdiri dengan begitu megahnya di satu tempat, satu kompleks lebih tepatnya. Sebuah masjid berlantai dua bertajuk Ibnu Batutah, bersanding anggun dengan Gereja Katholik Bunda Maria Segala Bangsa, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa, Wihara Budhina Guna, dan Pura Jagat Nata.
My lovely Mom! \(^0^)/
Suasana di dalam Gereja Katolik di komplek Puja Mandala
Vihara yang terletak di komplek Puja Mandala
Menara lonceng yang ada samping bangunan Gereja Kristen Protestan
Pura yang terletak di komplek Puja Mandala

Kintamani, Bali

Kintamani adalah salah satu objek wisata di Bali yang memiliki udara pegunungan berhawa sejuk dengan panorama gunung dan Danau Batur yang begitu indah. Dari ketinggian dapat dilihat keindahan gunung Batur, kadang-kadang terlihat begitu jelas mengeluarkan asap karena tergolong masih aktif dan juga melihat keindahan danau yang berada di kaki gunung. Waktu yang tepat berkunjung ke sini adalah siang hari, di saat waktu makan siang karena sepanjang jalan tersedia restoran yang menyajikan pemandangan lembah, gunung, serta danau.
Gue di Kintamani (backlight dikit biar ga terlalu narsis) :p
Walaupun gunung tersebut tidak terlalu tinggi, tetapi gunung ini masih tergolong aktif. Sempat beberapa kali meletus sampai letusan besar, saat itu terjadi pada tahun 1917, dimana letusan tersebut telah mengambil ribuan nyawa dan menghancurkan ratusan rumah penduduk Desa Batur Tua yang ada di dasar kaldera Batur.
Pemandangan Danau Batur dilihat dari kejauhan
Gunung Batur sendiri menjadi salah satu tempat mendaki yang populer di Bali. Bagi Anda pendaki pemula, sebelum berencana mendaki ke Gunung Agung, maka Gunung Batur bisa menjadi tempat pertama tujuan pendakian. Perjalanan normal menuju puncak sekitar 2 jam dari start point. Waktu yang biasanya dipilih oleh para pendaki adalah pada pagi hari untuk menikmati keindahan sunrise.
Pemandangan Gunung Batur dilihat dari kejauhan
Terletak di bagian tengah pegunungan dan dataran tinggi pulau Bali, suhu udara daerah Kintamani, Bangli ini cukup sejuk bahkan sangat dingin pada malam hari. Tanahnya tergolong subur. Pohon jeruk, kopi, serta coklat bisa berkembang optimal sehingga tidak mengherankan jika produksi jeruk paling tinggi adalah di Kintamani.
Gunung Batur (ketika lensa kamera dizoom)
Pesona alamnya yang indah memunculkan kesan damai. Danau Batur merupakan danau terbesar di pulau Bali. Lama perjalanan yang ditempuh untuk menuju ke kawasan ini kira-kira 2 jam perjalanan darat dari Denpasar atau Karangasem atau Lovina.
Pemandangan di sekitar Gunung Batur
Melihat Danau Batur lebih dekat
Gunung dan Danau Batur
My lovely Mom! \(^0^)/

Klenteng Sam Poo Kong, Semarang

Klenteng Sam Poo Kong selain merupakan tempat ibadah dan ziarah, juga merupakan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Komplek Klenteng Sam Poo Kong terdiri dari sejumlah anjungan yaitu Klenteng Besar dan gua Sam Poo Kong, Klenteng Tho Tee Kong, dan empat tempat pemujaan (Kyai Juru Mudi, Kyai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi, dan Mbah Kyai Tumpeng). Klenteng besar dan gua merupakan bangunan paling penting dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan. Gua yang memiliki mata air yang tak pernah kering ini dipercaya sebagai petilasan yang pernah ditinggali Sam Po Tay Djien (Zheung He).
Pagar depan Klenteng Sam Poo Kong
Bentuk bangunan klenteng merupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan tipe klenteng yang lain, klenteng ini tidak memiliki serambi yang terpisah. Pada bagian tengah terdapat ruang pemujaan Sam Poo.
Patung yang terdapat di sebelah kanan bangunan utama
Menurut cerita, pada awal abad ke-15 Laksamana Zheng He sedang mengadakan pelayaran menyusuri pantai laut Jawa dan sampai pada sebuah semenanjung. Karena ada awak kapal yang sakit, ia memerintahkan untuk merapat ke darat dengan menyusuri sebuah sungai yang sekarang dikenal dengan sungai Kaligarang dan di sana terdapat sebuah desa bernama Simongan. Setelah sampai di daratan, ia menemukan sebuah gua batu dan dipergunakan untuk tempat bersemedi dan bersembahyang. Zheng He memutuskan menetap untuk sementara waktu di tempat tersebut, sedangkan awak kapalnya yang sakit dirawat dan diberi obat dari ramuan dedaunan yang ada di sekitar tempat itu.
Gapura dan patung Zheng He dari kejauhan
Setelah ratusan tahun berlalu, pada bulan Oktober 1724 diadakan upacara besar-besaran sekaligus pembangunan kuil sebagai ungkapan terima kasih kepada Sam Poo Tay Djien. Dua puluh tahun sebelumnya diberitakan bahwa gua yang dipercaya sebagai tempat semedi Sam Poo runtuh disambar petir. Tak berselang lama, gua tersebut dibangun kembali dan di dalamnya ditempatkan patung Sam Poo dengan empat anak buahnya yang didatangkan dari Tiongkok. Pada perayaan tahun 1724 tersebut telah ditambahkan bangunan emperan di depan gua.
Bangunan lain yang terdapat di komplek Klenteng Sam Poo Kong
Perayaan tahunan peringatan pendaratan Zheng He merupakan salah satu agenda utama di kota Semarang. Perayaan dimulai dengan upacara agama di kuil Tay Kak Sie, di Gang Lombok. Setelah itu kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan patung Sam Poo Kong di kuil Tay Kak Sie ke klenteng Sam Poo Kong. Patung tersebut kemudian diletakkan berdampingan dengan patung Sam Poo Kong yang asli di klenteng Sam Poo Kong.
Bangunan utama di Klenteng Sam Poo Kong
Tradisi unik ini bermula sejak pertengahan kedua abad ke-19. Pada masa itu, kawasan Simongan dikuasai oleh seorang tuan tanah yang tamak. Orang-orang yang hendak berkunjung ke klenteng Sam Poo Kong diharuskan membayar sejumlah uang yang harganya sangat mahal. Karena kebanyakan peziarah tidak mampu membayarnya maka kegiatan pemujaan kemudian dialihkan ke kuil Tay Kak Sie. Setiap tanggal 29 atau 30 bulan keenam menurut penanggalan Imlek Cina, patung duplikat tersebut diarak dari Tay Kak Sie ke klenteng Sam Poo Kong yang dimaksudkan agar patung replika tersebut mendapat berkah dari patung asli yang berada di dalam klenteng Sam Poo Kong.
Patung yang terdapat di sebelah kiri bangunan utama
Pada tahun 1879 atau tahun kelima Guang Xu, kawasan Simongan dibeli oleh Oei Tjie Sien. Oei Tjie Sien merupakan ayah dari Oei Tiong Ham, penderma yang juga dikenal sebagai raja gula Indonesia. Sejak saat itu, para peziarah dapat bersembahyang di klenteng Sam Poo Kong tanpa dipungut biaya apapun dan urusan pengelolaan kuil diserahkan kepada Yayasan Sam Poo Kong setempat. Pawai Sam Poo Kong itu dihidupkan kembali pada tahun 1937 dan terus menjadi daya tarik hingga sekarang.
Gue melayang! Hahaha... \(^0^)/
Patung Zheng He
Bangunan lain yang terdapat di komplek Klenteng Sam Poo Kong
Bangunan lain yang berukuran lebih kecil
Dinding batu bertuliskan huruf Mandarin
Gapura yang terdapat di gerbang utama Klenteng Sam Poo Kong