Tuesday, September 17, 2013

Jakarta Semakin Rawan, Gue dan Pacar Gue Nyaris Ditusuk Orang Tak Dikenal

Sahabat-sahabatku,

Gue ingin menceritakan salah satu pengalaman mencekam yang gue alami semalam. Kejadian ini benar-benar menimpa gue dan bukan cerita fiksi atau karangan gue doank. Baiklah, akan gue ceritakan kronologis kejadiannya...

Seperti biasa, setiap bulan, kantor gue selalu memberikan tiket nonton di XXI lengkap dengan softdrink dan popcornnya secara gratis kepada karyawan yang ikut serta. Kami memutuskan untuk menonton Kick-Ass 2 di Senayan City pada pukul 19.15, tetapi tiket sudah dibeli dari siang oleh salah seorang rekan kami. Dan gue memesan satu tiket tambahan untuk kekasih gue. Singkat cerita, filmnya selesai sekitar pukul 21.15. Teman-teman yang lain melanjutkan untuk main basket dan makan malam, sedangkan gue memilih untuk mengantar kekasih pulang. Karena gue membawa tas ransel, maka tas ransel yang tidak terlalu berat itu digendong oleh kekasih gue. Dari Senayan City, gue melewati kantor gue di Belleza Permata Hijau lalu ke Jalan Panjang menuju ke Daan Mogot. Dari jaman kuliah, gue sebenarnya sudah cukup familiar dengan Jalan Panjang. Dan kejadian mencekam tersebut pun dimulai...
Tiket nonton sebelum dirobek
Sekitar dua lampu merah dari Belleza, gue yang membonceng kekasih gue didekati oleh dua orang tidak dikenal dan berpakaian cukup aneh. Mereka menggunakan sepeda motor Yamaha Vixion warna merah yang model lama. Sang pengemudi mengenakan helm half face, berpakaian lengkap, jaket, sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu. Sedangkan sang boncenger berpakaian cukup aneh. Menggunakan jaket lengan panjang dirangkap dengan rompi (menurut gue sih rompi anti peluru tapi ga tau juga sih), celana panjang warna biru tua (seperti celana panjang satpam pada umumnya), sarung tangan, kaus kaki, sepatu bot, dan yang lebih mengherankan, dia menggunakan kupluk penutup kepala yang hanya terlihat matanya serta tanpa mengenakan helm. Dari pakaiannya, gue berpikir mungkin saja itu aparat, tetapi gue juga berpikir, aneh juga malam-malam begini ada orang yang menggunakan kupluk penutup wajah. Dan kondisi jalanan cukup ramai pada saat itu.
Boncenger menggunakan penutup wajah seperti ini
Dengan perasaan sedikit takut, dan mungkin ini awal kesalahan gue, gue tancap gas sengebut-ngebutnya untuk menghindari kedua orang aneh tersebut. Tanpa diduga, kedua orang aneh tersebut berusaha mengejar kami. Beberapa lampu merah kami lewati dan mereka berada di belakang gue. Sampai di lampu merah Jalan Panjang sekitar depan komplek Sunrise Garden, gue terpaksa menghentikan laju sepeda motor gue, karena gue tidak bisa menyerobot lampu merah lagi karena suasananya cukup ramai. Saat itu sekitar pukul setengah 10 malam. Dan kejadian mengerikan itu terjadi...

Sang pengemudi motor Vixion tadi, menghalangi motor gue, sehingga gue tidak bisa tancap gas. Sang pengemudi tersebut berteriak-teriak terus dengan menanyakan kenapa gue ngebut malem-malem begitu, boncenger di belakangnya hanya terdiam. Karena membawa pacar dan gue tidak berniat untuk mencari masalah, maka gue diam saja dan tidak melawan. Tetapi tanpa diduga, sang boncenger yang berpakaian aneh tersebut, menunjukkan kalau dia bawa senjata tajam berupa belati di paha kirinya. Menurut gue, belatinya mirip seperti belati yang dimiliki oleh aparat. Saat itu, gue memikirkan keselamatan pacar gue dan motor gue. Gue netralin motor gue, lalu gue memundurkannya pelan-pelan dengan menggunakan kaki sambil mengangkat tangan kanan. Gue mundur sekitar 5 meter dan gue tidak bisa mundur lebih jauh lagi karena di belakang gue ada mobil, di sebelah kiri gue pun ada mobil. Gue sempat diam beberapa detik dan suasana menjadi hening. Tetapi tanpa disangka, sang boncenger turun dari motornya dan mengeluarkan belati dari sarungnya yang tadi dia tunjukkan ke gue. Sambil gemetaran, gue tetap memandang orang tersebut sambil fokus, apa yang akan dilakukan selanjutnya. Saat itu, gue masih berada dalam jarak aman. Kejadian selanjutnya lebih tak disangka lagi...
Motornya seperti ini
Tiba-tiba sang boncenger tersebut jalan menuju motor gue sambil mengangkat belatinya, dan dengan amat sangat ketakutan, gue puter balik dan tancap gas melawan arah. Dengan paniknya, gue masuk ke komplek Sunrise Garden dan berhenti di ATM BCA yang kebetulan belum tutup.
Kira-kira seperti ini belatinya
Di situ, gue berdoa kepada Tuhan, bersyukur tak terjadi apa-apa dengan kami, tak ada yang terluka, tak ada barang yang dirampas. Kekasih gue menangis. Kami ketakutan dan gemetaran di malam itu. Kami berusaha untuk menenangkan diri. Sebelum melanjutkan perjalanan, gue menutup plat nomor polisi bagian belakang dengan plastik, agar tak terlihat dan berdoa memohon perlindungan.

Sekitar 20-30 menit kemudian, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang karena khawatir, jika lebih malam lagi maka akan lebih bahaya lagi untuk kami. Kami memutuskan untuk melewati jalan lain dengan memutar. Syukurlah, gue bisa mengantarkan kekasih gue di Kalideres dan gue langsung pulang ke rumah gue di Sunter.

Gue menduga, motifnya mungkin saja tersinggung karena gue melaju lebih cepat dari dia atau dia curiga kenapa gue tancap gas. Seandainya dia menginginkan motor gue, pasti dari pertama mereka sudah melakukan aksinya. Untuk ke depannya, gue akan lebih berhati-hati dan gue berjanji dengan kekasih gue, untuk tidak ngebut lagi dan tidak terbawa emosi apabila ada yang ngebut di jalan.

Saran gue, sebaiknya kita lebih berhati-hati karena Jakarta makin rawan semenjak banyak terjadi kejadian yang melibatkan aparat sebagai korban.

Kisah ini gue ceritakan supaya menjadi pelajaran kita bersama dan kita lebih hati-hati, terutama bagi para pengendara sepeda motor. Terima kasih karena sudah membaca...

No comments:

Post a Comment