Apa pengertian sebenarnya dari cloud computing? Bagaimana karakteristiknya? Bagaimana implementasinya di dunia bisnis dan aktivitas sehari-hari?
Cloud computing atau komputasi awan adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dan pengembangan berbasis internet (awan). Awan (cloud) adalah perumpamaan atau gambaran dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Awan (cloud) dalam cloud computing juga merupakan abstraksi dari infrastuktur kompleks yang disembunyikannya. Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet Computing, “Cloud computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer, tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor, dan lain-lain”. Sebagai contoh, Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang tersimpan di server. Komputasi awan saat ini merupakan tren teknologi terbaru dan contoh bentuk pengembangan dari teknologi Cloud Computing ini adalah iCloud.
Selain itu, di dua bulan terakhir ini, sudah diketahui sejumlah gerakan perusahaan cloud computing (komputasi awan) di Indonesia. Yang pertama adalah Joyent Cloud yang berpartner dengan Anise Asia (yang berbasis di Malaysia). Joycent Cloud dan Anise Asia beberapa waktu lalu mengadakan seminar yang mencoba memberi informasi tentang keunggulan cloud computing dan mitos-mitos yang menyelimutinya. Joycent Cloud merupakan salah satu pionir layanan cloud computing dan saat ini digunakan oleh sejumlah besar layanan, termasuk LinkedIn.
Berikutnya adalah Amazon Web Services yang memberi dukungan terhadap meetup yang digagas oleh e27 dan StartUpLokal lalu. Yang terbaru adalah CBN yang mengembangkan cloud computing data center yang dibantu oleh teknologi switching dari Brocade. Untuk ranah domestik, selain CBN ada juga Biznet yang telah lebih dahulu mengembangkan layanan cloud computingnya.
Dulu perusahaan-perusahaan besar berlomba-lomba membuat data center sendiri supaya bisa mengelolanya sendiri dengan tujuan untuk menghemat biaya. Dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat, pembaruan teknologi setiap tahun tentu kurang feasible dan malah membuat pengeluaran membengkak. Yang menjadi hambatan untuk beralih ke cloud computing biasanya adalah masalah budget dan realibilitas.
Masalah reabilitas tergantung pada masing-masing penyedia layanan menggunakan teknologi terkostumisasi yang berbeda-beda. Ada suatu data center sebagai suatu entitas tersendiri yang perlu diatur menggunakan sistem operasi khusus. Tips memilihnya adalah berhubungan dengan kualitas performa yang dihasilkan dan apa yang vendor tersebut siapkan untuk meminimalisasi kemungkinan crash.
Selain itu, perusahaan juga harus mengerti bahwa menyerahkan seluruh perangkat di tangan penyedia layanan cloud computing bukan berarti si pemilik menyerahkan semua tanggung jawabnya untuk penggunaan sistemnya. Penyedia layanan cloud computing yang baik pasti dari awal sudah mengajak pihak perusahaan untuk sama-sama membangun desain arsitektur sistem komputasi yang disewanya demi menjamin security dan optimalisasi sistem.
Lalu, apa lagi hambatan perkembangan cloud computing di Indonesia? Menurut Tony Seno Hartono, National Technology Officer Microsoft Indonesia, faktor keamanan dan privasi pengguna memang merupakan dua dari empat isu terpenting terkait implementasi cloud computing di Indonesia, selain masalah keterbatasan akses internet dan keberadaan data itu sendiri.
Selain kekhawatiran akan faktor keamanan, Tony menyebutkan, privasi juga menjadi isu yang menjadi perhatian Microsoft. Era media sosial telah mengubah kebiasaan orang dalam menangani privasi.
Keuntungan utama komputasi awan adalah kita bisa menyewa kemampuan komputasi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Tidak ada kebutuhan bagi kita untuk membeli dan memasang komputer atau server sendiri.
“Berlangganan komputasi awan ibaratnya seperti kita berlangganan air bersih dari PAM (Perusahaan Air Minum), di mana kita tidak perlu menggali sumur sendiri, memiliki dan merawat pompa air sendiri, dan membayar listriknya,” kata Tony. “Kita tinggal mengambil air bersih sesuai dengan kebutuhan dan membayar iuran bulanan ke PAM,” jelasnya.
No comments:
Post a Comment