Hai semuanya! Apa kabar nih? Semoga kita semua selalu dilindungi oleh Yang Mahakuasa yah! Pada postingan kali ini, gue ingin mencoba melakukan ekspansi dengan memasukkan tema postingan yang baru. Biasa gue bercerita mengenai travelling, tapi kali ini, gue akan membahas hal yang lebih dalam, yaitu travelling untuk melihat upacara adat budaya. Buat kalian yang ngaku cinta budaya Indonesia dan punya jiwa nasionalis yang tinggi, kalian kudu baca postingan kali ini. Hehehe... Lanjut!
|
Jadwal Acara Merti Dusun Candiwinangun |
Baru sekitar 3 minggu lalu gue travelling ke Jogja dan Ambarawa dan kali ini gue melakukan travelling ke Jogja lagi. Namun kali ini tujuannya berbeda, yaitu meliput upacara adat di Jogja. Karena cuti yang gue punya tinggal 1 hari, maka kali ini gue melakukan travelling hanya di weekend. Berangkat menggunakan kereta api dari Jakarta hari Sabtu pagi dan kembali tiba di Jakarta Senin subuh dengan menggunakan kereta api juga. Hehehe... Okelah, daripada kelamaan basa-basi, langsung ajah yah gue ceritakan upacara adat seperti apa sih yang kali ini gue ikuti. Cekidot ya!
|
Barisan Pasukan Ala Keraton Yogyakarta |
Upacara adat yang gue ikuti ini disebut Merti Desa atau Merti Dusun. Sebelum gue bercerita seperti apa rangkaian acara adat ini, gue akan coba jelaskan secara singkat pengertian dari Merti Dusun. Merti Dusun sering disebut juga dengan bersih desa, hakikatnya sama dengan makna simbol rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta atas apa yang telah diberikan. Karunia tersebut dapat berupa rezeki yang melimpah, keselamatan, ketentraman, serta keselarasan hidup. Masyarakat Jawa percaya ketika sedang dilanda duka dan musibah pun masih banyak hal yang pantas disyukuri. Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta seperti tradisi Merti Dusun. Ungkapan rasa syukur salah satunya berbentuk Gunungan yang merujuk dan menyerupai bentuk sedekah seperti upacara Grebeg.
|
Badut-Badutan yang sedang ngehits ini turut memeriahkan acara Merti Dusun |
Acara Murti Dusun dimulai hari Sabtu malam, dimulai dengan dangdutan bersama ala-ala Pantura. Udah kebayang banget khan gimana suasana panggung yang diisi oleh biduan-biduan bohay nan seksi. Tapi mohon maap nih guys, karena ini topiknya membahas mengenai budaya, maka bagian ini gue skip yah! Biarlah gue yang nikmati sendiri. Ehe... Next!
|
Dangdutan ala Pantura. Tariiikkk Maaang~!! |
Pagi harinya sekitar pukul setengah 8, para warga sudah berkumpul di lapangan yang lokasinya tak jauh dari rumah nenek gue. Gue bersama nyokap berjalan kaki menuju ke lapangan. Di lapangan, para warga yang berkumpul menggunakan pakaian tradisional Jogja dan ada sekumpulan pasukan ala Keraton Yogyakarta. Acara Merti Dusun pagi itu dibuka oleh lurah Candiwinangun. Candiwinangun merupakan nama daerah dimana acara adat ini diadakan.
|
Nyokap gue berfoto bersama rekannya yang menggunakan pakaian tradisional Jawa |
Setelah acara dibuka dengan sambutan dari lurah dan doa, 3 buah gunungan yang sudah dibuat oleh warga RW 11, 12, dan 13 diarak keliling kampung. Sekitar pukul 10 pagi, rombongan sudah kembali ke lapangan yang menjadi titik awal keberangkatan, kemudian gunungan tersebut didoakan. Setelah didoakan, warga berebut sayuran dan buah-buahan dari tumpengan tersebut. Gue pun cuma kedapetan sebuah pisang, tapi tak apalah. Sayuran dan buah-buahan ini dianggap oleh warga memiliki berkah. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan kesenian jathilan atau kuda lumping.
|
Pemain Kuda Lumping |
Jathilan dikenal juga sebagai Jaran Kepang atau Kuda Lumping. Di daerah lain, jathilan adalah sebuah seni pertunjukan yang berkembang luas di berbagai penjuru Yogyakarta. Dengan anyaman bambu yang dibuat menyerupai kuda, jathilan dipertunjukkan umumnya pada siang dan sore hari oleh sekelompok seniman yang terdiri dari penari dan pemain gamelan. Dahulu jathilan merupakan sebuah tarian ritual untuk memanggil roh kuda dan meminta keamanan desa serta keberhasilan panen. Menurut perannya dalam masyarakat Jawa, kuda melambangkan kekuatan, kepatuhan, dan sikap pelayanan dari kelas pekerja. Hal inilah yang menginspirasi seluruh pertunjukan jathilan yang menempatkan penari dengan kuda-kudaan sebagai pusat perhatian.
|
Aksi salah satu pemain jathilan yang sedang kesurupan |
Pertunjukkan jathilan sering diidentikan dengan pertunjukkan yang berbau mistis karena memanggil roh untuk merasuki para penari dan menggunakan dukun yang sering disebut sebagai pawang. Namun, di sinilah letak serunya pertunjukkan ini. Seiring dengan perkembangan jaman, pertunjukan ini juga berkembang. Pada pertunjukan jathilan kali ini, terdapat penari perempuan. Penari perempuan memang jarang ditemukan saat pertunjukan jathilan pada umumnya. Pertunjukan jathilan kali ini terdiri dari 4 babak. Namun karena gue harus ke stasiun karena kereta api menuju Jakarta berangkat pukul 6 sore, maka gue hanya menyaksikan 3 babak saja dan tidak menonton jathilan sampai selesai.
No comments:
Post a Comment