Tuesday, June 2, 2015

Jelajah Taman Nasional Ujungkulon dan Pulau Peucang

Hai semuanya! Apa kabar nih? Pasti senang dong yah, longweekend gitu lho! Hehehe... Seperti clue di postingan sebelumnya, kali ini gue ingin menceritakan mengenai liburan gue selama longweekend ini dan yang berbeda adalah liburan kali ini lebih seru ketimbang liburan sebelumnya. So, silakan disimak yah cerita gue ini. Hehehe...

Jika liburan sebelumnya gue pergi bersama dengan teman-teman kantor gue, maka pada liburan kali ini pun gue pergi dengan teman-teman kantor gue juga. Bedanya adalah kalau liburan bulan lalu bersama dengan teman-teman satu divisi yaitu back office, nah kali ini gue liburan bersama teman-teman beda divisi dan ada pula yang sudah resign dari kantor. Tim gue kali ini terdiri dari 5 orang IT dan 1 orang account executive dan kami mendapat julukan grup "boyband" dari tour leader kami. Hahaha...

Destinasi utama liburan kami kali ini adalah Taman Nasional Ujungkulon dan Pulau Peucang. Kami pergi dari tanggal 29-31 Mei 2015 dengan menggunakan jasa tour. Sebenarnya kami sudah merencanakan liburan kali ini jauh-jauh hari sebelumnya dan melakukan DP sekitar satu bulan sebelumnya. Jika di liburan sebelumnya sifatnya semi private, maka pada liburan kali ini lebih mirip open trip. Alasannya adalah fasilitas yang disediakan oleh pihak tour kami gunakan bersama-sama dengan orang lain yang juga bergabung dalam perjalanan kali ini. Dan tak terasa, tanggal 29 Mei pun tiba.

Tanggal 29 Mei 2015 pagi, gue berangkat ke kantor diantar oleh bokap gue tercinta karena sepulang kantor, gue berencana langsung menuju ke meeting point yang ditentukan oleh pihak tour bersama-sama dengan teman-teman gue yang lain. Sekitar jam 9 malam, kami tiba di meeting point yang sudah ditentukan, yaitu Plaza Semanggi. Setelah tiba, kami melakukan registrasi ulang ke tour leader yang sudah ditunjuk langsung oleh pihak tour, yaitu Kak Akbar dan Kak Rendy. Perjalanan ke Ujungkulon memakan waktu yang cukup lama. Untuk mencapai tujuan ditempuh dengan perjalanan darat dan laut. Kami berangkat menggunakan mikro bus sebesar Metromini atau Kopaja gitu deh, tapi ternyata bus yang kami gunakan ini berplat militer. Wew! Ngeri-ngeri sedap nih. Hehehe... Setelah semua peserta tour lengkap, kami berangkat pukul 10 malam.

Singkat cerita, kami sampai di desa Sumur pukul 5 pagi. Lho kenapa malah ke Sumur, bukan ke Ujungkulon? Jadi gini, Sumur ini adalah desa paling ujung yang bisa diakses oleh kendaraan roda empat karena akses jalan hanya sampai di sini, dan desa Sumur ini letaknya di pesisir pantai. Setelah turun dari bus, kami diantar oleh tour leader kami ke homestay atau bahasa populer di sini adalah rumah kapten. Sesampainya di homestay, kami beristirahat sejenak sambil menikmati minuman hangat seperti teh atau kopi serta mempersiapkan diri untuk snorkling. Tak lama berselang, sarapan pagi pun datang, nasi bungkus berisi nasi uduk dan telor ceplok. Sederhana tapi nikmat bagi perut kami yang sudah kelaparan. Hehehe... Sekitar jam 7 pagi, kami berangkat menuju kapal kami untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan itinerary.
Kapal yang kami gunakan selama di Ujungkulon
Satu rombongan kami bersama dengan tour leader berisi sekitar 27 orang dan kapal ini cukup untuk orang sebanyak itu ditambah dengan kru kapal yang terdiri dari satu orang nakhoda, satu orang kapten kapal, satu orang koki, beserta 2 orang anak buah kapal. Kapal yang digunakan tidak terlalu besar. Sebagai informasi, kapal inilah yang akan menemani kita selama 2 hari 1 malam di Ujungkulon dan Pulau Peucang. Setelah semua penumpang naik, kapal berangkat! Hati pun gembira bercampur rasa deg-deg-an karena penasaran dengan semua destinasi yang akan kami datangi. Hehehe...
Dapur yang ada di lambung kapal bersama masterchefnya d(^.^)b
Ujungkulon memiliki pemandangan yang sungguh menawan, dari pantai kita bisa melihat perbukitan yang berbaris, sungguh sedap dipandang mata. Oh iya, informasi penting yang harus kalian tahu adalah bahwa Taman Nasional Ujungkulon ini benar-benar dijaga keasriannya. Jadi jangan berharap ada sinyal selama 24 jam penuh. Sinyal hanya ada di siang hari dan operator yang bisa pun hanya Telkomsel. Selama perjalanan di laut, mata kita akan dimanjakan dengan indahnya alam Ujungkulon yang benar-benar masih asri baik daratan maupun lautnya. Di laut sangat mudah untuk menemukan burung-burung laut dan burung elang. Karena laut di Ujungkulon masih asri, maka kita akan menemukan banyak tambak milik nelayan yang terapung di sana. Benar-benar perjalanan yang sempurna karena alamnya sangat indah dan sinyal telepon tidak ada sehingga kita benar-benar hanya punya pilihan untuk menikmati keindahan alam Ujungkulon. Setelah beberapa lama perjalanan, kami tiba di spot snorkling yang pertama, yaitu sekitar Pulau Badul. Menurut gue, di sini lautnya masih tergolong dalam sehingga batu karangnya pun tidak terlihat begitu jelas. Sempat berpikir beberapa saat, akhirnya gue memutuskan untuk turun snorkling juga. Setelah beberapa saat snorkling dan merasa lelah, akhirnya gue naik ke kapal dan menunggu kapal berangkat lagi. Beberapa menit kemudian, kapal pun berangkat menuju ke Pulau Handeleum.
Tambak milik nelayan yang ada hampir di seluruh laut Ujungkulon
Pulau Handeleum merupakan pulau pertama yang harus dikunjungi oleh wisatawan karena wisatawan diwajibkan untuk melapor di pulau ini. Namun saat kami tiba di sana, tak ada satu orang pun di sana. Kami malah menemukan beberapa ekor rusa. Oh iya, di pulau Handeleum terdapat beberapa bangunan yang sepertinya digunakan sebagai kantor administrasi di Ujungkulon karena terdapat bangunan 2 lantai yang cukup luas. Karena tidak menemukan satu orang petugas pun, kami melanjutkan perjalanan kami ke pulau selanjutnya.
Persiapan terakhir pasukan katak sebelum menjalankan misi yang sangat penting \(^0^)/
Setelah beberapa lama perjalanan dari pulau Handeleum, kami tiba di pulau yang entah apa namanya. Hehehe... Di pulau ini, kami akan melakukan canoing di sepanjang sungai Cigenter. Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang dan nasi uduk yang kami makan pagi tadi sudah kehilangan kedigdayaannya, maka sebelum melakukan canoing, kami makan siang dahulu di kapal. Seperti yang gue bilang tadi, kapal yang kita gunakan akan menemani kita selama di Ujungkulon dan selanjutnya kita sudah pasti makan di atas kapal. Selesai makan siang, kami dijemput oleh speedboat menuju ke muara Sungai Cigenter. Di sana sudah disiapkan beberapa kano bagi yang ingin melakukan canoing. Kami canoing selama satu jam menyusuri Sungai Cigenter dan menurut gue Sungai Cigenter ini punya banyak kemiripan dengan sungai di amazon yang cukup dalam dan airnya keruh dan benar saja, selama perjalanan kami menemukan ular di atas pohon, tepat di atas kepala kami. Namun asalkan kita tidak mengganggunya, maka ular tersebut tidak akan mengganggu kita juga. Satu jam berlalu dan canoing pun selesai, kami kembali ke start point canoing. Destinasi kami selanjutnya adalah Pulau Peucang, yaitu pulau yang akan kami singgahi malam nanti dan masih ada kegiatan lainnya di Pulau Peucang ini. So, jangan lelah membaca postingan ini yaaa! Hehehe... Lanjut!
Rusa liar di Pulau Handeleum
Perjalanan menuju Pulau Peucang sekitar satu jam. Walaupun Pulau Peucang ini dijadikan tempat bersinggah para wisatawan, tetapi keasriannya tetap dijaga dan menurut gue Pulau Peucang ini sangatlah indah. Sesampainya di Pulau Peucang, hamparan pasir putih dan pesisir pantai yang membiru menyambut kami. Kesan pertama gue pada pulau ini adalah amazing! Kami turun dari kapal membawa barang-barang kami menuju ke dermaga, lalu ke barak. Gue jelaskan sedikit mengenai barak di Pulau Peucang ini. Barak di sini merupakan rumah panggung tradisional yang terbuat dari kayu dan setiap rumahnya dibagi menjadi 4 kamar. Satu kamar bisa dimuati 5 hingga 7 orang. Kamar mandi berada di luar dan digunakan bersama-sama dengan wisatawan lainnya. Sekali lagi gue tekankan, sinyal hanya ada di siang hari. Hampir sama dengan listrik yang hanya bisa digunakan pada malam hari. Hal ini disebabkan mungkin pembangkit listrik di Pulau Peucang ini hanya berupa generator. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah jangan membawa makanan dengan hanya digenggam di tangan, makanan harus dimasukkan ke dalam tas karena di sekitar barak banyak terdapat hewan liar seperti babi, monyet, dan rusa. Apabila kita membawa makanan dan dilihat oleh monyet, maka monyet-monyet di sana akan langsung melompat ke arah kita dan saat kita kaget, mereka akan merebut makanan kita, sekalipun kita belum membuka pembungkus makanan tersebut. Hal ini dibuktikan oleh salah satu rekan rombongan kami yang lupa akan himbauan ini dan menenteng makanan. Tak sampai 10 langkah dari barak, makanan tersebut direbut oleh monyet dan dibawa lari. Kami hanya bisa tertawa melihat hal ini. Hehehe...
Bangkai kapal yang tergeletak di Pulau Handeleum
Setibanya di Pulau Peucang, kami hanya meletakkan barang-barang kami ke dalam barak dan dilanjutkan dengan acara berikutnya, yaitu jungle tracking atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah menyusuri hutan. Hehehe... Hutan di pulau ini masih asri dan tujuan jungle tracking adalah merasakan sensasi menyusuri hutan yang masih asri dan alami untuk menuju ke Karang Copong yang terletak di belakang Pulau Peucang dan menyaksikan sunset. Jungle tracking memakan waktu kurang lebih selama 3 jam bolak-balik. Peralatan yang kami bawa adalah botol minum, kamera, dan senter karena diperkirakan saat pulang sudah cukup gelap. Jungle tracking dimulai pukul 4 sore dan dengan semangat, kami berjalan memulai jungle tracking ini.
Suasana alam di Pulau Handeleum
Pepohonan di hutan Pulau Peucang memiliki ukuran yang cukup besar dan terdiri dari berbagai macam jenis pohon. Beberapa pohon diberi nama sesuai dengan jenisnya, antara lain pohon melinjo dan pohon merbau. Kami merasa jungle tracking ini cukup panjang tetapi tak kunjung kami dengar suara air laut. Dan setelah kurang lebih 1,5 jam berjalan, kami akhirnya mendengar suara air laut dan pancaran sinar matahari yang tak lama lagi tenggelam. Kami menuju pantai dan wow! Pemandangannya benar-benar memukau! Di sebelah kami terdapat bukit yang bisa didaki, kami mendaki ke atas bukit yang katanya dari atas bukit tersebut, kami bisa melihat Karang Copong. Selain itu, ternyata bukit tersebut merupakan tebing yang berbatasan langsung dengan laut, sangat curam apabila kita lihat ke bawah. Dan nun jauh di ufuk barat, kita bisa melihat indahnya siluet anak gunung Krakatau. Wow! Amazing! Benar-benar indah alam ciptaan Tuhan dan kita sebagai manusia seharusnya bersyukur bisa diberikan rahmat oleh-Nya untuk menikmati karya-Nya yang begitu agung dan indah. Hamparan laut luas terbentang di depan mata dan kita melihat dari ketinggian. Sungguh luar biasa! Amat sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata! Gue sebagai manusia merasa begitu kecil, ngga ada apa-apanya. Gue begitu takjub melihat keindahan alam yang terpampang di depan mata gue. Setelah beberapa menit menikmati keindahan alam tersebut, kami menuruni bukit dan kembali ke pantai untuk melihat sunset. Sayangnya cukup berawan sehingga kami tidak bisa menyaksikan sunset sampai matahari benar-benar tenggelam di ufuk barat. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore dan kami harus kembali ke barak.
Papan nama Pulau Handeleum
Perjalanan pulang ke barak tak kalah seru dengan perjalanan berangkat. Waktu pergi dan pulang sama-sama sekitar 1,5 jam. Apabila saat berangkat kita bisa menyaksikan berbagai macam pohon di hutan yang masih asri, melihat rusa, dan menikmati cahaya matahari yang menyusup di sela-sela pepohonan, maka saat pulang keseruan yang kami alami adalah kami menyusuri kegelapan malam di dalam hutan dengan menggunakan senter sambil mendengar suara hewan-hewan liar. Walaupun kaki gue merasa pegal karena berjalan jauh dan dahaga begitu menerpa karena kehabisan perbekalan air minum, tetapi kami harus tetap semangat agar bisa cepat tiba di barak dan kembali makan malam di kapal. Singkat cerita, kami sudah tiba di barak dan melanjutkan makan malam di kapal lagi.
Gue di Dermaga Pulau Handeleum
Setelah selesai makan malam, kami mengobrol sambil menunggu giliran untuk mandi. Sebenarnya kami membawa kompor berbahan bakar spiritus tetapi karena ada babi hutan di sekitar barak, maka kami mengurungkan niat untuk menggunakan kompor tersebut untuk memasak air yang rencananya akan kami gunakan untuk menyeduh mie instan dalam kemasan. Sembari menunggu waktu, kami bermain kartu di dalam barak karena gue membawa kartu remi dan kartu domino alias gaple. Hehehe... Setelah selesai bermain, kami berjalan-jalan sebentar keliling barak untuk mencari angin, lalu kami kembali ke kamar untuk tidur. Sebenarnya gue ngga ada masalah saat tidur, tapi ada teman gue yang kesulitan tidur karena kepanasan. Hehehe...
Canoing di Sungai Cigenter
Pagi hari pun menjelang. Ini adalah hari terakhir kami menikmati indahnya Ujungkulon dan pulau-pulau di sini. Jam setengah 6 pagi, gue bangun dari tidur dan bersama dengan 2 orang teman kami, gue mencoba untuk berburu sunrise. Namun sepertinya dewi fortuna tidak berpihak kepada kami lagi karena pagi ini langit kembali berawan. Gue bersama dengan 2 orang teman gue tersebut berjalan kaki di sepanjang pesisir Pulau Peucang sambil bermain pasir dan ombak serta berfoto ria.
Babi hutan yang berkeliaran di sekitar barak Pulau Peucang
Setelah satu jam berlalu, kami berjalan menuju kapal untuk sarapan pagi. Destinasi pertama di hari ini adalah menuju ke Pulau Cidaon untuk melihat padang savana. Konon di pulau ini kita bisa melihat hewan liar seperti, rusa, merak, dan banteng dan Pulau Cidaon pun letaknya berseberangan dengan Pulau Peucang dengan jarak yang tidak begitu jauh. Namun lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak pada kami sehingga kami tidak melihat rusa, merak, ataupun banteng di sana, kami hanya melihat hamparan padang savana.
Hewan liar yang hidup saling berdampingan di Pulau Peucang
Setelah mengunjungi pulau Cidaon, kami menuju ke spot snorkling selanjutnya. Spot ini terletak tak jauh dari Pulau Peucang. Dari atas kapal gue melihat karang yang berwarna-warni di dasar laut. HmMm... Rasa penasaran akhirnya membuat gue turun snorkling juga. Dan ternyata benar, walaupun saat snorkling rasanya seperti disengat setrum-setrum kecil yang asalnya dari plankton yang tak kasat mata, tetapi pemandangan di dasar laut sungguh memukau. Terdapat banyak karang dengan berbagai bentuk, warna, dan ukuran. Bahkan ada yang bentuknya cukup unik, yaitu berbentuk lingkaran bertingkat seperti kepingan CD dengan diameter yang cukup besar. Namun sayang, besarnya arus dan kemampuan berenang gue di laut yang sangat minim membuat gue sedikit demi sedikit terseret arus laut menjauhi kapal sampai akhrinya gue ditarik oleh tour leader kami kembali ke kapal. Cukup memalukan, tapi ya sudahlah yaaa, ga usah dibahas. Hahaha... Next!
Jungle tracking di Pulau Peucang
Destinasi selanjutnya adalah spot kedua yang tidak terlalu jauh dari dermaga Pulau Peucang. Sebenarnya ini agak gak cocok disebut spot snorkling karena dangkal. Dari kapal kita tidak perlu berenang, cukup berjalan kaki saja menuju pesisir pantai di sisi yang lain dari Pulau Peucang. Setelah beberapa saat kami kembali ke Pulau Peucang untuk cek out dan berkemas. Kapal pun kembali ke dermaga Pulau Peucang.
Rusa yang bermandikan cahaya matahari
Sesampainya di Pulau Peucang, kami mengemas barang-barang kami lalu mengangkutnya ke kapal. Sebelum meninggalkan Pulau Peucang, kami menyempatkan diri untuk berfoto ria. Setelah semua rombongan naik ke kapal, kami berangkat menuju destinasi selanjutnya sebelum kembali pulang ke desa Sumur. Destinasi selanjutnya cukup menarik, yaitu air terjun air tawar di Citerjun.
Hutan alami Pulau Peucang
Karena terdapat karang di pesisir pantai Citerjun, kapal tidak bisa merapat sehingga kami harus berenang dulu untuk menuju ke air terjun tersebut. Setelah memakai pelampung, kami berenang menyebrangi laut untuk melihat air terjun unik tersebut. Ada beberapa alasan kenapa air terjun ini begitu unik. Yang pertama adalah ketinggian air terjun ini yang cukup pendek, tidak seperti air terjun lain pada umumnya, sehingga puncak air terjun ini bisa didaki. Keunikan yang kedua adalah ternyata air terjun ini membawa air tawar, bukan air asin, padahal letaknya di pulau dan tidak terdapat gunung ataupun bukit di pulau ini. Suhu airnya pun dingin sehingga sangat segar ketika kita bermain dengan airnya. Keunikan yang ketiga adalah air terjun ini langsung mengarah ke laut, sehingga letaknya sangat dekat dengan pantai dan jika kita jeli, kita bisa melihat air terjun ini dari kapal. Selain menikmati kesegaran air terjun, kami juga menyempatkan diri untuk bermain-main di tepi pantai. Setelah lelah bermain dan hari sudah siang kami segera berenang kembali ke pantai. Perlu diingat, arus laut akan semakin kencang pada siang hari. Oleh karena itu, kita tidak diijinkan untuk berenang di laut pada siang hari. Air terjun ini adalah destinasi terakhir kami di Ujungkulon.
Gue berforo di tengah hutan Pulau Peucang
Karena hari sudah siang, maka dilanjutkan dengan makan siang. Inilah saat makan terakhir di atas kapal. Sambil makan siang, kapal kembali ke desa Sumur. Perjalanan memakan waktu kurang lebih selama 3 jam.
Sunset di balik Karang Copong
Tak terasa kami pun tiba kembali ke desa Sumur. Sesampainya di sana, kami mengantri untuk mandi. Setelah semuanya selesai mandi, kami bergegas menuju ke bus dan bersiap kembali ke Jakarta. Kami berangkat jam 5 sore. Perjalanan pulang cukup menantang karena jalan yang kami tempuh berupa tanjakan dan turunan. Sekitar pukul 8 malam kami berhenti di sebuah restoran Padang untuk makan malam. Setelah makan malam, perjalanan pulang dilanjutkan dan kami tiba kembali di Plaza Semanggi sekitar jam 12 malam. Dari Plaza Semanggi, kami naik taksi menuju ke kos salah satu teman gue dan gue menginap di sana selama semalam sebelum kembali ke rumah.
Siluet anak Krakatau dilihat dari Pulau Peucang
Demikian cerita perjalanan gue ke Taman Nasional Ujungkulon dan Pulau Peucang selama liburan longweekend ini. Bagi penikmat wisata pantai, gue sangat menganjurkan kalian untuk mengunjungi Taman Nasional Ujungkulon dan Pulau Peucang. Alasannya adalah selain alamnya yang masih sangat asri, batu karang di sini juga lebih bagus dibandingkan dengan di Pulau Seribu. Terima kasih sudah membaca! Enjoy! \(^.^)/
Sunrise di timur Pulau Peucang
Sebagai bonus, berikut gue sertakan foto-foto yang harus banget kalian lihat! Hehehe... Cekidot!
Pemandangan pagi hari di Pulau Peucang
Padang savana di Pulau Cidaon
Foto seluruh peserta tour
Dermaga di Pulau Cidaon
Berfoto ria di dermaga Pulau Cidaon
Pulau Peucang
Cowok ganteng di dermaga Pulau Peucang \(^0^)/
Inilah para anggota boyband v(^.^)v
The boyband crew v(^0^)v

4 comments:

  1. bagus... ceritanya enak dibaca...jempol.. sangat menarik..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas kunjungan dan apresiasinya! \(^0^)/

      Delete
  2. kak boleh minta kontak agen tour waktu ke ujung kulon, terimakasih sebelumnya:)

    ReplyDelete