Bagi penggemar wisata alam pegunungan, daerah Kaliurang dan sekitarnya adalah tujuan wisata yang menarik. Apalagi semenjak erupsi Gunung Merapi beberapa tahun lalu, daerah Kaliurang dan sekitarnya telah banyak berubah. Untuk menjelajahi tempat ini dan sekitarnya, kita dapat menyewa motor trail. Motor trail adalah sepeda motor tangguh yang dapat melewati medan-medan yang berat dan tentunya mengendarai motor trail rasanya berbeda dengan naik motor biasa.
|
Riding a motocycle is my pride |
Untuk mengendarai motor trail di sana, kita diharuskan memakai berbagai macam perlengkapan untuk keselamatan, seperti helm dan sepatu bot. Namun jangan khawatir jika Anda tidak membawa perlengkapan tersebut. Saat kita menyewa motor trail di sana, kedua perlengkapan ini akan dipinjamkan tanpa biaya tambahan. Perlengkapan ini ditujukan untuk menjaga keselamatan selama berpetualang dengan mengendarai motor trail. Disarankan kita sudah mahir dalam mengendarai sepeda motor. Tetapi bagi yang belum mahir pun tetap dapat mengikuti dengan membonceng saja. Bagaimanapun juga, menjelajahi daerah-daerah yang dulu terkena erupsi Merapi terasa jauh lebih menegangkan jika kita mengendarai sendiri motor trail yang disewa. Jika kita memilih untuk mengendarai sendiri, akan ada pemandu yang menemani kita dengan mengendarai motor trail sendiri.
|
Ember yang meleleh |
Penasaran dengan hal ini, saya pun menyambangi daerah Kaliurang dimana terdapat banyak motor trail yang disewakan. Paket yang ditawarkan ada 3 macam, yaitu yang jarak tempuhnya pendek, menengah, dan jauh. Kebetulan saya datang bersama adik laki-laki saya, sehingga kami memutuskan untuk mengambil paket jarak menengah. Biaya yang dikenakan adalah 150 ribu rupiah. Biaya ini sudah termasuk sewa helm untuk 2 orang dan sepasang sepatu bot untuk pengemudi. Motor trail yang disewa pun boleh digunakan berboncengan sehingga biayanya bisa Anda bagi dua dengan teman Anda dan bisa mengendarai secara bergantian.
|
Suasana di dalam museum mini |
Jalur yang dilewati pun sangat menarik dan menegangkan. Kami ditemani oleh pemandu kami yang bernama Mas Gembel. Pertama, kita diajak untuk melalui kebun-kebun menuju ke bekas sungai yang sudah mengering dan banyak terdapat kerikil berukuran sedang dan besar. Dari sini, kita diajak menuju ke museum mini yang merupakan rumah salah satu korban erupsi Merapi. Di sana kita diperlihatkan beragam barang yang meleleh akibat awan panas dan lahar. Setelah dari museum mini, tujuan selanjutnya adalah bangker (bunker) dimana beberapa tahun lalu ditemukan dua orang yang meninggal di dalamnya. Perjalanan menuju ke bangker ini menurut saya yang paling seru dalam rute kali ini karena jalannya menanjak dan benar-benar dipenuhi kerikil berukuran sedang dan besar sehingga kemampuan kita untuk mengendarai motor trail diuji di tempat ini. Benar-benar menyenangkan! Di sini kita juga disuguhkan pemandangan yang benar-benar memukau. Anda harus mencobanya sendiri!
|
Sebuah laptop yang terkena dampak erupsi Merapi |
Setelah dari bangker, destinasi selanjutnya sekaligus yang terakhir adalah petilasan almarhum Mbah Marijan yang dikenal sebagai salah satu juru kuncen Merapi. Di petilasan ini, terdapat pendopo untuk beristirahat dan bagian dari rumah Mbah Marijan yang terkena dampak ganasnya erupsi Merapi. Karena ini adalah tujuan yang terakhir, maka setelah dari sini, kami kembali ke tempat penyewaan motor trail.
|
Bangker Merapi |
Untuk melengkapi postingan kali ini, maka akan saya sertakan juga foto-fotonya. Terima kasih sudah membaca postingan kali ini dan semoga bermanfaat! \(^0^)/
|
Merapi Tak Pernah Ingkar Janji |
|
Foto-foto di dalam museum mini |
|
Salah satu pepatah dalam bahasa Jawa |
|
Pesan Merapi dalam bahasa Jawa |
|
Sepeda motor Suzuki Spin yang terkena dampak erupsi Merapi |
|
Tampak depan museum mini |
|
Pintu masuk bangker (bunker) jika dilihat dari atas |
|
Pemandangan Merapi yang berkabut |
|
My little brother v(^0^)v |
|
Ngetrail bareng adik dan saudara |
|
Bangkai motor dan mobil evakuasi |
|
Sisa-sisa perabot di bekas rumah almarhum Mbak Marijan |
|
Petilasan Almarhum Mbah Marijan |
No comments:
Post a Comment